Mikel Arteta dan Mental Baja Arsenal Usai Gagal di Liga Champions

Ekspresi Declan Rice pada laga PSG vs Arsenal di Liga Champions 2024/2025 (c) AP Photo/Aurelien Morissard

Bola.net – Musim panjang yang melelahkan tidak hanya menguji fisik para pemain, tapi juga mental dan ketahanan emosional mereka.

Rutinitas tanpa henti dari latihan, pertandingan, pemulihan, hingga tekanan dari publik menjadi siklus yang melelahkan. Dalam proses ini, banyak tim yang berulang kali harus mengubur mimpi mengangkat trofi dengan air mata.

Begitu pula yang dialami Arsenal. Hanya kurang dari satu jam setelah kekalahan dari PSG di semifinal Liga Champions, Mikel Arteta sudah harus menjawab pertanyaan sulit tentang efek dari kegagalan tersebut.

Ada kekhawatiran bahwa semangat mereka akan terkikis, bahwa motivasi itu akan menipis seiring seringnya mereka gagal meraih puncak. Namun, Arteta menolak narasi itu.

Ia segera menunjuk sosok Marquinhos sebagai contoh—kapten PSG yang telah mencoba 11 kali bersama klubnya, jatuh dan bangkit berkali-kali, namun terus bertarung. Menurut Arteta, jika ingin terus bersaing di level tertinggi, para pemain harus bisa menghadapi kenyataan itu.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.


1 dari 4 halaman

PSG Akhirnya Menjadi Tim yang Komplet

Nama Marquinhos memang relevan dalam konteks kebangkitan PSG musim ini. Sang kapten telah menyaksikan jatuh bangun klubnya selama bertahun-tahun, dari kegagalan yang menyakitkan hingga momen kesuksesan yang kini mulai terlihat nyata.

Musim ini, PSG berhasil menyatukan semua elemen yang selama ini hilang—solid, keseimbangan, dan determinasi kolektif. Untuk pertama kalinya dalam satu dekade, PSG terlihat lebih dari sekadar kumpulan bintang mahal.

Mereka tampil sebagai sebuah tim yang padu dan mengerti bagaimana cara menang di level tertinggi. Penampilan mereka melawan Arsenal adalah bukti bahwa proses panjang akhirnya mulai menunjukkan hasil.

Sebaliknya, Arsenal datang ke Paris dengan kondisi skuad yang belum sepenuhnya utuh. Fakta bahwa Mikel Merino masih dimainkan sebagai penyerang tengah dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa keterbatasan mereka di lini depan cukup kentara.

2 dari 4 halaman

Donnarumma dan Margin Kemenangan

Donnarumma dan Margin Kemenangan

Jurrien Timber berduel dengan Khvicha Kvaratskhelia dalam laga leg kedua semifinal Liga Champions 2024/2025 antara PSG vs Arsenal, Kamis (8/5/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Aurelien Morissard

Satu lagi faktor penentu kemenangan PSG adalah sosok Gianluigi Donnarumma. Penampilannya yang konsisten dan penuh keberanian membuat Arsenal frustasi.

Tak hanya menghalau tembakan, Donnarumma juga menjadi simbol pertahanan PSG yang tak bisa ditembus. Ia seakan-akan meniadakan konsep “margin tipis” dengan penampilan luar biasanya.

Arteta pun memuji kiper asal Italia itu. Menurutnya, untuk memenangkan kompetisi seperti Liga Champions, selalu dibutuhkan momen luar biasa dari seseorang di tim.

Dalam hal ini, Donnarumma menjadi pembeda nyata. Ia hadir sebagai tembok terakhir yang tak tergoyahkan.

3 dari 4 halaman

Arsenal Sudah Maksimal

Di sisi lain, Arsenal memang tampil habis-habisan. Mereka tidak menyisakan energi, dan meskipun hasil akhirnya menyakitkan, perjalanan ini memberikan pengalaman penting.

Liga Champions musim ini memberi mereka pelajaran berbeda dari Premier League—sesuatu yang harus mereka bawa sebagai bekal untuk terus bertumbuh.

Kegagalan Arsenal di semifinal Liga Champions seharusnya tidak dianggap sebagai akhir, melainkan bagian dari proses menjadi tim besar.

Mereka telah bersaing di salah satu grup semifinal terkuat musim ini, dan tampil dengan determinasi yang luar biasa. Meski belum berhasil, mereka telah menunjukkan bahwa mereka pantas berada di panggung ini.

4 dari 4 halaman

Belajar dari Marquinhos

Belajar dari Marquinhos

Marquinhos merayakan kemenangan usai laga leg kedua semifinal Liga Champions 2024/2025 antara PSG vs Arsenal, Kamis (8/5/2025) dini hari WIB. (c) AP Photo/Thibault Camus

Arteta tampaknya ingin menanamkan mentalitas jangka panjang. Seperti Marquinhos, pemain-pemain Arsenal harus belajar menerima kegagalan dan bangkit kembali.

Kompetisi elit seperti ini menuntut kedewasaan dan daya tahan mental untuk terus mencoba. Musim ini telah menjadi batu loncatan penting bagi Arsenal.

Mereka telah merasakan atmosfer persaingan di level tertinggi, dan itu harus menjadi inspirasi, bukan keputusasaan. Karena dalam sepak bola, kekuatan sejati muncul dari mereka yang berani gagal dan tetap bangkit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *