
Duel Nicolo Barella dan Willian Pacho pada laga final Liga Champions antara PSG vs Inter Milan (c) AP Photo/Alexandra Beier
Bola.net – Tanggal 8 Maret 2025 menjadi momen penting bagi Simone Inzaghi. Pelatih Inter Milan itu tampil percaya diri dalam konferensi pers menjelang duel babak 16 Besar Liga Champions melawan Feyenoord.
“Saya rasa saya perlu mengoreksi ucapan saya, seharusnya kami mengejar empat trofi musim ini, karena kami juga punya peluang di Piala Dunia Antarklub,” ucapnya, dikutip dari Sky Sports Italia.
Pernyataan itu bukan sekadar angan-angan. Inter Milan memang tengah berada dalam performa gemilang sejak awal musim. Mereka konsisten di Serie A, solid di Liga Champions, dan tetap bersaing di Coppa Italia.
Tak heran jika wacana meraih treble, bahkan quadruple, mulai menyeruak. Inzaghi pun tanpa ragu ikut menggantungkan mimpi tersebut. Namun, sepak bola bukan panggung cerita yang selalu berakhir manis. Realitas pun menghantam Nerazzurri dengan kejam.
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Musim yang Penuh Harapan, Berujung Luka Mendalam
Pemain Inter Milan tampak meninggalkan lapangan setelah kalah 0-5 dari PSG di final Liga Champions 2024-2025. (c) AP Photo/Michael Probst
Musim 2024/2025 sejatinya seperti pelayaran megah bagi Inter Milan, kapal yang tampak kokoh, namun karam tepat saat hendak merapat ke pelabuhan. Semua berjalan nyaris sempurna, hingga akhirnya rontok menjelang garis akhir.
Di ajang Coppa Italia, Inter tersingkir di babak semifinal setelah dikalahkan sang rival sekota, AC Milan. Kekalahan ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga menjadi pertanda bahwa musim tak akan semudah yang dibayangkan.
Meski begitu, harapan belum sepenuhnya padam. Inter terus berjuang di Serie A hingga pekan terakhir. Persaingan dengan Napoli begitu ketat, sarat emosi, dan penuh drama. Namun, satu poin menjadi pembeda. Napoli keluar sebagai juara, sedangkan Inter harus puas di posisi kedua—terlalu dekat, tapi tak cukup untuk menggenggam scudetto.
Tragedi puncaknya terjadi di Allianz Arena, di laga final Liga Champions. Lawan mereka adalah Paris Saint-Germain, tim yang tak bisa dipandang sebelah mata. Namun tak ada yang menduga, Inter justru tumbang dengan skor telak 0-5. Kekalahan itu menjadi catatan pahit: selisih skor terbesar dalam sejarah partai final Liga Champions.
Luka yang Mengendap, Penyesalan yang Tertinggal
Mantan pemain Inter Milan, Javier Zanetti memeluk Lautaro Martinez setelah kekalahan 0-5 dari PSG di final Liga Champions. (c) AP Photo/Luca Bruno
Usai kekalahan memilukan itu, Simone Inzaghi berusaha tetap tegar. Ia menyadari, kata-kata takkan mampu menghapus rasa perih. Namun sebagai pemimpin tim, ia tetap angkat bicara.
“Kami perlu belajar dari kekalahan dan tampil lebih kuat. Ini menyakitkan seperti final Istanbul. Itu pertandingan yang berbeda. Paris selalu menjadi yang pertama menguasai bola. Kami harus tampil lebih baik,” ujarnya pada Sky Sports.
“Ini kekalahan berat karena terjadi di final. Kami bisa tampil lebih kuat dari kekalahan ini, seperti yang kami lakukan pada tahun 2023 dan kemudian memenangkan liga pada musim berikutnya.”
Inter Milan di Liga Champions
Duel Nicolo Barella dan Willian Pacho pada laga final Liga Champions antara PSG vs Inter Milan (c) AP Photo/Alexandra Beier
League phase
- Manchester City 0-0 Inter Milan
- Inter Milan 4-0 Red Star
- Young Boys 0-1 Inter Milan
- Inter Milan 1-0 Arsenal
- Inter Milan 1-0 RB Leipzig
- Inter Milan 0-1 Bayer Leverkusen
- Sparta Prague 0-1 Inter Milan
- Inter Milan 3-0 Monaco
16 Besar
- Feyenoord 0-2 Inter Milan
- Inter Milan 2-1 Feyenoord
8 Besar
- Bayern Munchen 1-2 Inter Milan
- Inter Milan 2-2 Bayern Munchen
Semifinal
- Barcelona 3-3 Inter Milan
- Inter Milan 4-3 Barcelona
Final
- PSG 5-0 Inter Milan