Desire Doue: Remaja Ajaib yang Menyalakan Malam Final di Munich

Penyerang PSG, Desire Doue merayakan gol ke gawang Inter Milan di final Liga Champions di Allianz Arena, 1 Juni 2025. (c) AP Photo/Matthias Schrader

Bola.net – Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya merengkuh gelar Liga Champions pertama mereka dengan cara yang luar biasa: menghancurkan Inter 5-0 di final yang digelar di Munich. Namun, trofi itu bukan satu-satunya cerita malam itu. Semua mata tertuju pada satu nama: Desire Doue.

Remaja berusia 19 tahun tersebut menjelma jadi pahlawan kemenangan dengan mencetak dua gol dan memberikan satu assist. Penampilannya bukan sekadar mengesankan, tapi meninggalkan jejak yang sulit dilupakan di panggung tertinggi sepak bola Eropa.

UEFA pun tak ragu menobatkannya sebagai Man of the Match, gelar prestisius yang pernah diberikan kepada pemain-pemain kaliber dunia seperti Dani Carvajal, Rodri, hingga Lionel Messi. Namun, malam itu, Munich hanya mengenal satu nama: Doue.

Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.


1 dari 4 halaman

Doue: Dua Gol, Satu Assist, dan Mental Baja

Desire Doue mencetak sejarah sebagai remaja pertama yang mampu membukukan dua gol di final Liga Champions. Prestasi itu terasa semakin luar biasa karena dicapai melawan tim sekelas Inter, di bawah tekanan tinggi, dan di panggung sebesar final Eropa.

Gol pertamanya lahir pada menit ke-20 lewat penyelesaian akhir sempurna dari serangan balik cepat. Setelah itu, pada menit ke-63, dia menggetarkan jala gawang lawan lagi lewat tembakan mendatar yang tak mampu dibendung.

Tak cukup dengan mencetak gol, Doue juga memperlihatkan kepiawaian membaca permainan lewat assist cerdas kepada Achraf Hakimi untuk gol pembuka. “Dua gol dan satu assist di final Liga Champions di usia 19 tahun sungguh luar biasa. Dia bermain dengan kedewasaan yang mengagumkan, sangat murah hati saat memberi umpan kepada Hakimi, dan juga bekerja keras dalam bertahan,” puji kelompok pengamat teknis UEFA.

2 dari 4 halaman

Ketika Kata-kata Tak Cukup Mengungkapkan

Bagi Desire Doue, malam di Munich bukan sekadar kemenangan — itu adalah momen emosional yang akan dikenangnya seumur hidup. Setelah pertandingan, dia tampak nyaris tak bisa berkata-kata saat diwawancara.

“Saya tak punya kata-kata. Ini sungguh luar biasa bagi saya, benar-benar luar biasa,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca. Kalimat sederhana yang mencerminkan betapa dalamnya makna malam itu bagi dirinya.

Di tengah gemuruh suporter PSG dan sorot mata takjub dari para pemain lawan, Doue menegaskan dirinya bukan hanya talenta muda, tapi juga calon pemimpin besar di masa depan. Malam itu, dia membuktikan bahwa babak baru dalam sejarah sepak bola telah dimulai — dan dia adalah tokoh utamanya.

3 dari 4 halaman

Daftar Man of the Match Final Liga Champions

  • 2025: Desire Doue (PSG)
  • 2024: Dani Carvajal (Real Madrid)
  • 2023: Rodri (Manchester City)
  • 2022: Thibaut Courtois (Real Madrid)
  • 2021: N’Golo Kante (Chelsea)
  • 2020: Kingsley Coman (Bayern)
  • 2019: Virgil van Dijk (Liverpool)
  • 2018: Gareth Bale (Real Madrid)
  • 2017: Cristiano Ronaldo (Real Madrid)
  • 2016: Sergio Ramos (Real Madrid)
  • 2015: Andres Iniesta (Barcelona)
  • 2014: Angel Di Maria (Real Madrid)
  • 2013: Arjen Robben (Bayern Munchen)
  • 2012: Didier Drogba (Chelsea)
  • 2011: Lionel Messi (Barcelona)
  • 2010: Diego Milito (Inter)
  • 2009: Xavi Hernandez (Barcelona)
  • 2008: Edwin van der Sar (Manchester United)
  • 2007: Filippo Inzaghi (AC Milan)
  • 2006: Samuel Eto’o (Barcelona)
  • 2005: Steven Gerrard (Liverpool)
  • 2004: Deco (Porto)
  • 2003: Paolo Maldini (AC Milan)
  • 2002: Zinedine Zidane (Real Madrid)
  • 2001: Oliver Kahn (Bayern Munchen)

4 dari 4 halaman

Nama Baru dalam Barisan Legenda Final

Kini nama Desire Doue masuk dalam deretan istimewa para pemain terbaik final Liga Champions sepanjang masa. Daftar yang dihuni para ikon — dari Zinedine Zidane hingga Lionel Messi — kini mendapatkan tambahan spesial dari Munich 2025.

Namun, yang membedakan Doue adalah usianya. Hampir tak ada pemain dalam daftar itu yang bersinar sedemikian terang di usia 19 tahun. Dia tak hanya masuk dalam barisan elite itu — dia langsung menjadi perhatian utama di dalamnya.

Setiap kali daftar itu dibacakan, nama Desire Doue akan hadir, bukan sebagai pelengkap, melainkan sebagai simbol kejutan, keberanian, dan bakat luar biasa. Dari sekian banyak bintang yang bersinar di malam final, hanya sedikit yang bersinar secerah dirinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *