
Selebrasi Desire Doue saat laga final Liga Champions 2025 antara PSG vs Inter Milan di Allianz Arena, Munich. (c) AP Photo/Matthias Schrader
Bola.net – Suasana di Allianz Arena terasa sakral ketika Javier Pastore mengangkat trofi dan menyerahkannya kepada tim Paris Saint-Germain (PSG). Pria asal Argentina itu tersenyum, namun jelas bukan dirinya yang menjadi pusat perayaan malam itu.
Sejarah telah ditulis ulang, bukan oleh nama-nama besar seperti Lionel Messi atau Kylian Mbappe. PSG akhirnya berhasil menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya, dan pahlawan di balik pencapaian ini adalah seorang remaja bernama Desire Doue.
Melalui penampilan magisnya, Doue tidak hanya membawa PSG menuju puncak Eropa, tetapi juga menandai dimulainya era baru dalam sejarah klub dan sepak bola Prancis.
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Perjalanan Panjang Menuju Momen Bersejarah Ini
Pelatih PSG Luis Enrique (kanan) dan Ousmane Dembele (kiri) merayakan dengan trofi usai memenangkan final Champions League kontra Inter Milan di Allianz Arena, Munich, Jerman, Sabtu, 31 Mei 2025 (c) AP Photo/Matthias Schrader
PSG telah lama mengincar gelar Liga Champions sejak diakuisisi oleh Qatar Sports Investment pada tahun 2011. Pada masa itu, Javier Pastore menjadi simbol ambisi baru, dibeli seharga 42 juta euro dengan harapan menemukan “Messi baru”.
Namun, ironisnya, PSG justru merekrut Messi asli satu dekade kemudian, meskipun sang megabintang tidak mampu mempersembahkan trofi Liga Champions.
Harapan sempat kembali tertumpu pada Kylian Mbappe, putra asli Paris, tetapi ia memilih bergabung dengan Real Madrid musim lalu, meninggalkan PSG dengan pertanyaan besar: siapa yang akan menyelesaikan misi ini?
Akhirnya, Piala Itu Menjadi Milik PSG
Di final yang diselenggarakan di Allianz Arena, Pastore hanya bisa menatap penuh kekaguman. Ia menyaksikan para pemain PSG menyentuh trofi yang dulu hanya bisa mereka impikan. Satu nama mencuri perhatian utama: Desire Doue.
Remaja berusia 18 tahun ini bukan hanya dinobatkan sebagai Man of the Match, tetapi ia adalah pemain yang benar-benar mengubah segalanya bagi PSG.
Melalui pantulan trofi, Doue melihat bayangan dirinya sendiri—bukan Messi, bukan Neymar, bukan Mbappe—melainkan dirinya yang mengakhiri penantian 32 tahun sepak bola Prancis untuk gelar Liga Champions.
Performa Brilian Seorang Remaja
Desire Doue dari PSG merayakan gol ketiganya di final Champions League melawan Inter Milan di Allianz Arena, Munich, Jerman, Sabtu, 31 Mei 2025 (c) AP Photo/Alexandra Beier
Simone Inzaghi dan tim Inter Milan dibuat pusing sepanjang pertandingan oleh Doue. Federico Dimarco, yang seharusnya menjaganya, berkali-kali kalah langkah.
Gol pertama lahir dari pergerakan cerdas Doue yang membuka ruang dan memberikan umpan matang kepada Hakimi. Ia berhasil memancing Dimarco keluar dari posisinya sebelum membuka celah untuk gol kedua.
Meskipun gol pertama sedikit berbau keberuntungan karena adanya defleksi, gol keduanya sangat klinis. Berhadapan satu lawan satu dengan Yann Sommer, ia berhasil menyelesaikan peluang dengan ketenangan yang luar biasa.
Transfer Senyap yang Berbuah Trofi
PSG musim ini tidak lagi mendatangkan nama-nama besar dengan gembar-gembor. Namun, hal itu bukan berarti mereka berhenti berbelanja—sekitar 250 juta euro digelontorkan, termasuk 50 juta euro untuk memboyong Doue dari Rennes.
Nama-nama seperti Khvicha Kvaratskhelia, Joao Neves, dan Ousmane Dembele bergabung tanpa presentasi mewah. Mereka adalah fondasi dari revolusi diam-diam yang kini membuahkan hasil.
Luis Campos, sang direktur olahraga, terlihat memainkan strategi jangka panjang, berfokus pada talenta muda yang memiliki rasa lapar akan sejarah, bukan sekadar superstar.
Penutup Era Lama, Awal Dinasti Baru
Kiper PSG, Gianluigi Donnarumma berpose bersama trofi Liga Champions 2024-2025. (c) AP Photo/Matthias Schrader
Allianz Arena kini menyimpan dua momen historis. Tahun lalu, Lamine Yamal mencuri perhatian di Euro U-21.
Tahun ini, giliran Doue yang bersinar di panggung tertinggi klub Eropa. PSG tidak hanya mengakhiri kutukan Liga Champions mereka; mereka juga membuka babak baru yang tidak lagi tergantung pada individualitas megabintang.
“Kami sedang menulis ulang sejarah. Bukan hanya untuk klub ini, tapi juga untuk sepak bola Prancis dan Eropa,” kata Doue. Dan sejarah itu kini dimulai darinya.