
Ole Gunnar Solskjaer memberikan instruksi pada pemain Besiktas di laga Liga Europa 2024/2025 (c) AP Photo/Peter Dejong
Bola.net – Berlaga di Liga Champions merupakan impian hampir setiap pesepak bola profesional di Eropa. Turnamen ini dianggap sebagai puncak dari kompetisi antarklub, sejajar dalam hal gengsi dengan Piala Dunia di level tim nasional.
Sebagai ajang paling bergengsi di Benua Biru, Liga Champions menjadi panggung bagi klub-klub elite seperti Real Madrid, Barcelona, Bayern Munchen, dan Liverpool. PSG serta Atletico Madrid pun tak ketinggalan tampil di kompetisi ini.
Namun, tidak semua klub berkesempatan tampil di turnamen akbar tersebut. Beberapa tim bahkan harus menerima kenyataan pahit berupa larangan tampil di Liga Champions. Penyebabnya pun beragam, mulai dari skandal pengaturan skor hingga pelanggaran terhadap regulasi keuangan.
Menurut laporan FourFourTwo, terdapat empat klub yang pernah merasakan pahitnya larangan tampil di Liga Champions akibat sanksi yang dijatuhkan UEFA. Keempat klub tersebut adalah Besiktas, Fenerbahce, Juventus, dan FK Pobeda. Berikut ulasan lengkapnya:
Agar kamu tidak ketinggalan informasi terbaru seputar Liga Champions, kamu bisa join di Channel WA Bola.net dengan KLIK DI SINI.
Besiktas: Terjerat Skandal Pengaturan Skor
Ole Gunnar Solskjaer memberikan instruksi pada pemain Besiktas di laga Liga Europa 2024/2025 (c) AP Photo/Peter Dejong
Besiktas merupakan salah satu tim papan atas di Turki dengan sejarah panjang di kompetisi Eropa. Namun, pada tahun 2013, klub yang bermarkas di Istanbul ini harus menerima kenyataan pahit berupa sanksi larangan tampil di ajang Eropa selama satu musim dari UEFA.
Sanksi ini dijatuhkan setelah muncul dugaan keterlibatan Besiktas dalam kasus pengaturan skor di level domestik.
Kasus tersebut bermula dari final Piala Turki 2011, di mana Besiktas dituduh melakukan manipulasi hasil pertandingan. Klub sempat mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS), namun upaya itu gagal.
Alhasil, tempat Besiktas di Liga Europa musim 2013/14 digantikan oleh klub asal Norwegia, Tromso. Ironisnya, sebelumnya Besiktas sempat menyingkirkan Tromso di babak kualifikasi. Skandal ini menjadi catatan hitam dalam sejarah klub yang tengah berusaha memperkuat kiprahnya di Eropa.
Fenerbahce: Dua Tahun Absen dari Kompetisi UEFA
Ekspresi Jose Mourinho dalam laga Liga Europa antara Fenerbahce vs Union SG, Kamis (26/9/2024). (c) AP Photo
Fenerbahce, yang merupakan rival sekota Besiktas, juga pernah mengalami hal serupa. Klub ini dijatuhi larangan tampil di ajang UEFA selama dua musim berturut-turut, yakni pada 2013 dan 2014.
Sanksi tersebut juga berkaitan dengan kasus pengaturan skor yang mengguncang liga domestik Turki dan menyeret sejumlah klub serta pejabat penting dalam dunia sepak bola di negara itu.
UEFA menjatuhkan sanksi setelah menyimpulkan bahwa Fenerbahce terlibat dalam manipulasi pertandingan selama musim kompetisi 2010/11. Saat itu, Fenerbahce berhasil meraih gelar juara liga, namun penyelidikan kemudian membuka fakta yang mencoreng prestasi tersebut.
Klub sempat mengajukan banding, tetapi tidak berhasil membatalkan sanksi di tingkat CAS. Akibatnya, klub yang kini dilatih Jose Mourinho itu kehilangan kesempatan untuk berkompetisi di Liga Champions maupun Liga Europa selama dua tahun.
Juventus: Disanksi karena Melanggar Financial Fair Play
Starting XI Juventus saat melawan Al Ain di laga pertama Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Nick Wass
Juventus dikenal sebagai salah satu raksasa Serie A yang pernah meraih dua gelar Liga Champions. Namun, pada musim 2023/24, reputasi klub ini tercoreng setelah UEFA menjatuhkan sanksi larangan tampil di semua ajang Eropa.
Kali ini, sanksi bukan karena skandal pengaturan skor, melainkan karena pelanggaran serius terhadap aturan Financial Fair Play (FFP).
Dalam penyelidikan yang dilakukan UEFA, Juventus terbukti melakukan pelanggaran finansial yang berat, termasuk memanipulasi laporan keuangan dan menyembunyikan pembayaran gaji pemain selama masa pandemi COVID-19. Praktik ini dianggap bertentangan dengan asas transparansi yang menjadi pilar utama dalam regulasi FFP.
Akibat pelanggaran tersebut, Juventus dicoret dari Liga Konferensi Europa yang seharusnya menjadi panggung mereka musim itu. Sanksi ini tidak hanya membuat mereka absen dari kompetisi Eropa, tetapi juga semakin memperburuk citra klub yang sebelumnya pernah terseret dalam skandal Calciopoli pada 2006.
FK Pobeda: Diskors 8 Tahun karena Skandal Taruhan
Trofi Liga Champions dipajang saat final antara PSG vs Inter Milan di Allianz Arena, Munich, 1 Juni 2025. (c) AP Photo/Matthias Schrader
Dari keempat klub yang pernah dijatuhi sanksi, FK Pobeda mungkin yang paling tidak dikenal secara luas. Klub asal Makedonia Utara ini mendapat hukuman larangan tampil di kompetisi UEFA selama delapan tahun, salah satu sanksi terberat yang pernah dijatuhkan dalam sejarah sepak bola Eropa.
Sanksi tersebut dijatuhkan pada tahun 2009 setelah UEFA melakukan penyelidikan terkait dugaan pengaturan skor yang berkaitan dengan aktivitas taruhan ilegal.
Kasus ini merujuk pada pertandingan kualifikasi Liga Champions tahun 2004 melawan FC Pyunik dari Armenia. UEFA menemukan pola taruhan yang mencurigakan dan menyimpulkan bahwa hasil laga tersebut telah dimanipulasi.
Selain larangan bagi klub, presiden FK Pobeda, Aleksandar Zabrcanec, dan salah satu pemainnya, Nikolce Zdraveski, dijatuhi hukuman larangan seumur hidup dari segala aktivitas yang berkaitan dengan sepak bola. Meskipun sanksi tersebut dicabut pada 2017, kerusakan reputasi yang terjadi telah membuat klub tersebut menghilang dari percaturan sepak bola Eropa.